1. Berkenaan mengenai Subjek dan Objek Hukum internasional
Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasional. Namuan, seiring perkembangan zaman telah terjadi perubahan pelaku-pelaku subyek hokum internasional itu sendiri. Dewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang diakui oleh masyarakat internasional, adalah:
-
Negara
Menurut Konvensi Montevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional adalah:
penduduk yang tetap, mempunyai wilayah (teritorial) tertentu; pemerintahan yang sah dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain. -
Organisasi Internasional
Organisasi internasional mempunyai klasifikasi, yakni:a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ;b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.
-
Palang Merah Internasional
Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss. -
Tahta Suci Vatikan
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. -
Kelompok Pemberontak/Pembebasan
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional -
Individu
Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu adalah sebagai subyek hukum internasional yang mandiri. -
Perusahaan Multinasional (MNC)
Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu sendiri.
Subyek hukum internasional juga dapat
didefinisikan sebagai pihak yang dapat dibebani hak dan kewajiban yang
diatur oleh Hukum Internasional atau setiap negara, badan hokum
(internasional) atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam
hubungan internasional.
Sedangkan objek hukum internasional
adalah pokok-pokok permasalahan yang dibicarakan atau dibahas dalam
hukum internasional. Namun, kawasan geografis suatu Negara (difined
territory) juga dapat dikatakan sebagai objek hukum internasional
dikarenakan sifat objek hukum internasional hanya bias dikenai kewajiban
tanpa bias menuntuk haknya. Objek hukum merupakan sesuatu yang dapat
berguna bagi subyek hukum dan dapat menjadi suatu pokok hubungan hukum
yang dilakukan oleh subyek-subyek hukum, biasanya dinamakan benda atau
hak yang dapat dimiliki dan dikuasai oleh subyek hukum.
Contoh-contoh objek hukum internasional adalah:
-
Hukum Internasional Hak Asasi ManusiaHukum Internasional hak asasi manusia adalah semua norma hukum internasional yang ditunjukkan untuk menjamin perlindungan terhadap pribadi (individu)
-
Hukum Humaniter InternasionalHukum Humaniter Internasional adalah semua norma hokum internasional yang bertujuan memberi perlindungan pada saat timbul konflik bersenjata bukan internasional, kepada anggota pasukan tempur yang tidak bias lagi menjalankan tugasnya lagi, atau orang-orang yang tidak terlibat dalam pertempuran
-
Hukum Kejahatan terhadap Kemanusiaan (massal)Istilah ini dikeluakan oleh pengadilan Nurenberg untuk perbuatan kejam Nazi Jerman terhadap warga negaranya sendiri. Namun, dewasa ini genosida (pembunuhan massal dilatar belakangi kebencian terhadap etnis, suku tertentu) juga termasuk dalam hukum ini.
Subyek dan Objek hokum internasional dapat berubah.
Seperti apa yang terjadi pada perang Serbia-Bosnia (perang Balkan),
dimana Mahkamah Internasional (ICJ) akhirnya menjatuhkan hukuman secara
individu terhadap petinggi militer Serbia karena dianggap sebagai
orang-orang yang paling bertanggung jawab terhadap pembantaian kaum
muslim Bosnia. Mantan petinggi militer Serbia yang diadili antara lain,
Kepala Staff militer Serbia, Ljubisa Beara; Vujadin Popovic, pejabat
militer yang bertanggung jawab atas pengerahan polisi militer, Ljubomir
Borovcanon, Deputi Komandan Polisi Khusus Serbia; Vinko Pandurevic,
Komandan Brigade yang melakukan serangan dan Drago Nikolic, Kepala
Brigade Keamanan militer Serbia. Dari hal ini, saya dapat menyimpulkan
bahwa telah terjadi perubahan status subyek hukum internasional itu
sendiri yaitu, perang ini melibatkan negara (Serbia), namun pada
akhirnya mahkamah menjatuhkan hukuman terhadap individu.
Objek hukum internasional dapat berubah
disebabkan dunia global dan internasional yang bersifat dinamis (selalu
berubah). Sehingga tindak lanjut dari hukum internasional itu sendiri
akan berubah mengikuti arus perkembangan zaman dan permasalahan baru
yang akan timbul dalam hubungan internasional kedepannya. Seperti
permasalahan yang terbaru saya baca di internet yakni kasus perompakan
kapal-kapal laut di Somalia. Kasus ini menyebabkan PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) mengeluarkan resolusi agar kejadian ini tidak terulang
kembali.
Objek hukum internasional dapat hilang.
Objek hukum internasional telah saya sebutkan tadi diatas bahwa wilayah
geografis termasuk didalamnya. Dalam kaitan ini, saya mencoba
menghubungkan dengan kepulauan yang berada di sebelah timur laut
Australia. Pulau-pulau yang kebanyakan tak berpenghuni ini dijadikan
Prancis (pulau ini dibawah kekuasaan Prancis) dijadikan sebagai ajang
uji coba Nuklir mereka. Sehingga, dampak dari uji coba ini adalah
hilangnya (tenggelam) pulau tersebut. Dalam hal lain, kasus perebutan
pulau Malvinas/Falkland (Inggris-Argentina) juga dapat dijadikan
referensi sebagai hilangnya objek internasional. Pulau Malvinas
(penyebutan oleh orang Argentina dan Falkland oleh orang Inggris) adalah
pada mulanya milik Argentina. Namun, Inggris mengklaim pulau tersebut
sehingga menyebabkan tejadi perang dimana Argentina kalah dan harus
merelakan “hilang” nya pulau tersebut dari peta geografis wilayah
Argentina.
2. Keterkaitan antara hukum internasional dengan ilmu Hubungan Internasional
Terdapat relevansi yang sangat kuat
antara Hubungan internasional dengan Hukum Internasional. Bahkan menurut
saya pribadi Hukum Internasional dan ilmu hubungan internasional
seperti pepatah “dua sisi mata uang”, dengan kata lain tidak dapat
dipisahkan. Relevansinya adalah ada kaitan yang sangan konkret yakni
suatu hal(termasuk negara dan individu) yang melintasi batas wilayah
suatu negara yang ditandai dengan kerjasama-kerjasama internasional dan
hal-hal lain seperti regionalisme ekonomi. Hubungan internasional di
era modern ini lebih diwarnai dengan stabilitas dunia yang cukup baik.
Meski tidak dapat pula dinafikan di beberapa belahan dunia masih terjadi
berbagai konflik yang belum usai. Hukum internasional yang disengajakan
sebagai pranata yang mengatur relasi antara satu subyek hukum
internasional yang melibatkan banyak negara ikut andil dan ambil peran
yang sangat vital bagi kemajuan dan perdamaian dunia saat ini. Dari
pengertian diatas dapat kita simpulkan unsur-unsur terpenting dari hukum
internasional.
Objek dari hukum internasional ialah
badan hukum internasional yaitu negara dan organisasi internasional.
Hubungan yang terjalin antara badan hukum internasional adalah hubungan
internasional dalam artian bukan dalam scope wilayah tertentu, ia
merupakan hubungan luar negeri yang melewati batas teritorial atau
geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang hanya mengatur
hubungan dalam negeri . Kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib,
seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan antara
hukum internasional dengan kaedah internasional yang berlaku dinegara
tanpa memiliki sifat wajib seperti life service dan adat kebiasaan
internasional. Oleh karena itu, hukum internasional harus senantiasa
dikawal oleh semua Negara sehingga praktek hukum yang dilakukan oleh
semua Negara di dunia ini berlandaskan pada keadilan dan kemanusiaan.
3. Masalah Hukum Internasional yang sulit saya pahami.
Bagaimana bila terjadi suatu peristiwa
(terbunuh/diserang) terhadap orang-orang PBB dalam menjalankan tugasnya
di negara yang berbeda pula?. Saya mengerucutkan dari banyak kasus dan
memilih kasus pembunuhan yang terjadi terhadap Count Folke Bernadotte
(seorang yang berasal dari negara Swedia dan bekerja sebagai pejabat
sipil Internasional di PBB) oleh penduduk Israel di negara Israel itu
sendiri. Pemahaman yang sulit saya dapatkan dari kasus ini adalah,
bagaimana penyelesaian kasus ini dalam kacamata hukum internasional.
Setelah meneliti dan mencari jawabannya
sendiri, saya menemukan kasus hukum ini diselesaikan oleh Mahkamah
Internasional (ICJ). Dari kasus tersebut, terdapat empat permasalahan
hukum yang muncul :
1. Count Folke Bernadotte adalah pejabat sipil internasional yang bekerja untuk PBB
2. Count Folke Bernadotte adalah warga negara Swedia
3. Pembunuh Bernadotte, Yehoshua Cohen, adalah warga negara Israel
4. Pembunuhan terhadap Bernadotte terjadi di wilayah pengawasan Israel.
Berkenaan dengan kasus di atas, Sekjen
PBB (pada masa itu)Trygve Lie mempersiapkan memorandum, dan disampaikan
pada Sidang Majelis Umum PBB pada tahun 1948. Memorandum tersebut berisi
3 permasalahan pokok :
1. Apakah suatu negara mempunyai tanggung jawab terhadap PBB atas musibah atau kematian dari salah seorang pejabatnya?
2. Kebijaksanaan secara umum mengenai kerusakan dan usaha-usaha untuk mendapatkan ganti rugi
3. Cara-cara yang akan ditempuh untuk penyampaian dan penyelesaian mengenai tuntutan-tuntutan.
Setelah mendengarkan memorandum dari
Sekjen PBB, Majelis Umum kemudian meminta pendapat dari ICJ, dengan
mengajukan permasalahan hukum sebagai berikut :
1. Apakah PBB sebagai sebuah organisasi mempunyai kapasitas untuk dapat mengajukan gugatan terhadap pemerintah de jure maupun de facto untuk mendapatkan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh :
a. PBB;
b. Korban atau orang-orang yang menerima dampak dari kejadian yang menimpa korban.
2. Apabila pertanyaan
1(b) dapat diterima, apakah tindakan yang harus dilakukan PBB untuk
mengembalikan hak Negara tempat korban menjadi warganya ?
Pada akhirnya, terhadap permasalahan hukum yang diajukan oleh Majelis Umum, ICJ memberikan jawaban sebagai berikut :
- Untuk pertanyaan 1(a), ICJ secara mutlak sepakat bahwa PBB dapat melakukan hal tersebut
- Untuk pertanyaan 1(b), ICJ memberikan pendapat dengan 11 suara melawan 4 bahwa PBB dapat mengajukan gugatan meskipun pemerintah yang diminta pertanggungjawabannya bukanlah anggota PBB
- Untuk pertanyaan 2, ICJ memberikan pendapat dengan 10 suara melawan 5 bahwa apabila PBB membawa gugatan karena kerugian yang dialami pejabatnya, tindakan tersebut hanya dapat dilakukan apabila gugatannya didasarkan pada pelanggaran kewajiban kepada PBB.
Dengan adanya kasus ini, organisasi
internasional yang ada di dunia mendapatkan penegasan mengenai status
yuridiknya. Meskipun sebenarnya status yuridik dari organisasi
internasional telah ada, namun sampai sebelum adanya kasus ini, masih
belum ada kepastian hukum mengenai bisa atau tidaknya sebuah organisasi
internasional untuk bisa berperkara sebagaimana layaknya subyek hukum
internasional lainnya. ICJ telah membuat suatu terobosan hukum dengan
mengeluarkan advisory opinion berkenaan dengan kasus ini.